Karawang, Suara Kota Siber - Dea Eka Rizaldi, anggota Dewan Provinsi Jawa Barat dari Dapil Jabar X (Karawang - Purwakarta), melakukan kegiatan reses di Desa Sekarwangi, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang. Dalam reses tersebut, politisi Partai Gerindra ini mendengarkan langsung keluhan dari para petani yang lahan pertaniannya rusak akibat serangan hama tikus.
Para petani mengungkapkan kesulitan mereka, mengingat pertanian merupakan sumber mata pencaharian mayoritas masyarakat di Sekarwangi. Salah seorang petani menyatakan, “Sawah beak ku beurit (lahan pertanian habis oleh hama tikus),” mengungkapkan betapa parahnya serangan hama tersebut.
Menanggapi hal ini, Dea Eka Rizaldi menyatakan bahwa permasalahan hama tikus harus segera diatasi dengan adanya regulasi yang jelas dari pemerintah daerah (Pemda). Menurutnya, salah satu penyebab utama munculnya hama tikus adalah ketidakseragaman masa tanam dan panen di antara para petani. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pemerintah daerah mengatur masa tanam dan panen yang lebih terkoordinasi.
Selain itu, Dea Eka juga menyentuh masalah serangan hama sundep yang semakin meresahkan petani. Menurutnya, hama sundep muncul akibat penggunaan pupuk kimia yang tidak tepat dan berlebihan. Ia menekankan pentingnya beralih ke pupuk organik untuk mengatasi masalah ini. "Hama sundep juga karena kebanyakan pupuk kimia, yang tadinya lahan cukup ditraktor sekali harus jadi dua kali. Solusinya ya petani harus kembali ke pupuk organik," ujar Dea Eka.
Lebih lanjut, Dea Eka menjelaskan bahwa meskipun penggunaan pupuk kimia mungkin terlihat aman dalam jangka pendek, dalam lima tahun ke depan, penggunaannya dapat merusak kesuburan tanah dan menurunkan hasil panen secara signifikan. "Yang tadinya petani bisa panen 6–7 ton per hektar, ini malah cuma dapat 1–3 ton," kata Dea Eka saat menyampaikan reses.
Sebagai Ketua Pemuda Tani HKTI Jawa Barat, Dea Eka juga menginformasikan bahwa Pemprov Jabar telah melakukan uji coba penggunaan pupuk organik di lebih dari 400 hektar lahan pertanian milik Pemprov Jabar di Cianjur. Dalam percobaan tersebut, beberapa lahan berhasil menghasilkan hingga 12 ton per hektar, sebuah pencapaian yang mengundang respon positif dari petani. "Waduh, bisa kabayar hutang,” komentar petani yang hadir dalam reses tersebut, merespons hasil yang menjanjikan.
Namun, Dea Eka mengingatkan bahwa peralihan dari pupuk kimia ke pupuk organik harus dilakukan secara bertahap. "Kalau diibaratkan manusia, lahan sawah juga bisa kaget. Jadi harus pelan-pelan dan konsisten," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dea Eka Rizaldi menegaskan bahwa reses ini sangat penting untuk mendengar langsung keluhan dan aspirasi masyarakat. Ia menekankan bahwa sebagai wakil rakyat, dirinya memiliki tanggung jawab untuk memastikan kebijakan provinsi dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan memberikan manfaat langsung bagi mereka. “Reses adalah momen yang tepat untuk memastikan kebijakan yang diambil dapat bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Dea Eka Rizaldi.
Reses ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat hubungan antara pemerintah daerah dan petani, serta membuka jalan bagi kebijakan yang lebih baik dalam pengelolaan pertanian di Karawang dan wilayah lainnya. (Ruhyat)